BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Belakangan
ini muncul berbagai masalah di Negara
Indonesia. Masalah yang bisa dikatakan hampir tidak diberikan solusinya. Salah
satu faktor penyebab dari berbagai masalah yang ada di Negeri ini adalah
lemahnya sistem kepemimimpinan di Indonesia. Kasus korupsi yang marak terjadi
pada pemerintah Indonesia menunjukan lemahnya kode etik yang ada pada para
pejabat pemerintah. Sedangkan untuk penerapan kode etik pejabat pemerintah
seharusnya telah dicontohkan oleh pemimpinnya. Pemimimpin bangsa Indonesia
sendiri masih belum mampu mencontohkan hal yang baik pada pejabat-pejabat
pemerintah yang ada.
Jika
seorang pemimpin saja tidak bertindak sesuai dengan kode etik maka para
bawahannya akan lebih parah lagi. Saat ini di Indonesia tidak ada lagi pemimpin
yang dipercaya, karena krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Maka
dari itu para bawahannya tidak menerapkan kode etik dalam bekerja. Kemudian,
tidak ada sanksi yang diberikan kepada para pejabat yang tidak berperilaku
sesuai dengan kode etik. Dengan demikian Indonesia saat ini bisa dikatakan
sedang mngealami krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan (Prasetyo, 2011).
Indonesia
saat ini bisa dikatakan sudah kehilangan figur kepemimpinan, generasi yang ada
sekarang tidak memiliki panutan yang bisa dijadikan sebagai sebuah gambaran
citra diri yang di inginkannya. Pemimpin-peminpin yang ada di Indonesia pada
umumnya lebih mengedepankan keinginan-keinginan pribadi, keinginan untuk
berkuasa, keinginan mempunyai kedudukan tinggi, bahkan keinginan untuk menjadi
kaya.
Keadaan
yang seperti ini membuat Indonesia butuh sosok pemimpin yang dapat menjadi
panutan untuk pejabat-pejabat pemerintahnya, panutan dan kebanggaan untuk
masyarakatnya. Indonesia butuh pemimpin yang tidak memiliki keinginan menjadi
penguasa tapi pemimpin yang peduli dan mendengar suara rakyatnya. Rakyat
Indonesia butuh pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab seperti khalifah
Umar bin Khattab dan butuh pemimpin yang dekat dengan rakyatnya agar mengetahui
kondisi rakyatnya seperti Uman bin Abdul Aziz.
1.2.Perumusan
Masalah
a) Pemimpin
merupakan cerminan dari masyarakat yang dipimpinnya
b) Figur
pemimpin dapat berpengaruh pada kondisi sebuah bangsa.
BAB II. ISI
Keadaan indonesia yang
memiliki berbagai masalah, merupakan salah satu indikasi bahwa sistem
kepemimpinan di Indonesia lemah. Saat ini indonesia membutuhkan sosok pemimpin
seperti Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azziz. Rakyat Indonesia butuh
pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab seperti khalifah Umar bin Khattab
dan butuh pemimpin yang dekat dengan rakyatnya agar mengetahui kondisi
rakyatnya seperti Uman bin Abdul Aziz.
Umar
Bin Khattab
Orang-orang muslim mengenalnya sebagai
salah seorang sahabat dekat Rasulullaah Muhammad Shallaahu Alaihi Wassalaam.
Salah seorang al-Khulafa’ ar-Rasyidun – para pemimpin terbaik – selain Abu
Bakar, Ali Bin Abi Thalib dan Utsman Bin Affan. Mereka adalah para pemimpin
yang tidak perlu melakukan kampanye merebut hati rakyat agar bisa menjadi
pemimpin, mereka adalah orang orang yang menganggap kursi kepemimpinan bukan
sebagai sebuah anugerah atau sebuah karir atau sebuah pengakuan atas puncak
prestasi, mereka adalah orang orang yang menganggap kekuasaan adalah sebuah
amanah yang harus dipertanggungjawaban kelak di hadapan Pemimpin Para Pemimpin,
yaitu Allah Yang Maha Kuasa.
Keislaman beliau telah memberikan andil
besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil,
bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan
kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar
As Siddiq.
Umar bin Khattab terkenal sebagai
pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab. Pemimpin yang selalu siap dikritik
didepan rakyatnya dan selalu ingin dinasehati oleh rakyatnya apabila ia
melakukan sebuah kesalahan. Umar bin Khattab adalah pemimpin yang selalu
berusaha adil pada setiap rakyatnya dan pemimpin yang ingin melihat rakyatnya
kelaparan walaupun hanya seorang saja.
Dalam sejarah disebutkan bahwa, meskipun Umar bin
Khattab sebagai kepala negara yang wilayahnya sudah meliputi seluruh
Semenanjung Arabia, Mesir, Iraq, Suriah dan sebagainya, namun ia hidupnya
sangat sederhana . Bahkan sebagai kepala negara ,beliau hanya tinggal di Mesjid
Nabawi bukan di istana, karena para khalifah Rasyidin tersebut tidak memiliki
istana sebagaimana dicontohkan oleh pendahulunya, Nabi Muhammad
SAW. Walaupun demikian, Umar bin Khattab setiap mengangkat para
pejabatnya keberbagai daerah senantiasa dipantau dengan amat ketat. Sedangkan
beliau sendiri sebagai khalifah seringkali melakukan inspeksi mendadak secara
rahasia keberbagai daerah kekuasaannya ,untuk mengamati berbagai karakteristik
para pejabat sebagai bawahannya. Sebagai khalifah Rasyidin yang sudah
merupakan suatu tradisi, bahwa mereka selalu menerima gaji kemudian
mengembalikannya ke baital mal,dan hal itu selalu dilakukan oleh Umar bin
Khatab.
Umar bin abdul Aziz
kelahiran Umar bin Abdul Aziz terjadi di tahun 61 H. Ia dilahirkan di Kota
Madinah An-Nabawiyah, pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Umar bin Abdul
Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia wafat pada usia 40 tahun, usia yang
masih relatif muda dan masih dikategorikan usia produktif. Namun, di balik usia
yang singkat tersebut, ia telah berbuat banyak untuk peradaban manusia dan
Islam secara khusus. Ia dijuluki Asyaj Bani Umayah (yang terluka di wajahnya)
sebagaimana mimpi Umar bin Khattab.
Amirul Mukminin Umar bin Abdul
Aziz, adalah seorang pemimpin yang saleh, kharimastik, bijaksana, dan
dekat dengan rakyatnya. Ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam
bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf, seorang imam dalam
permasalahan agama dan dunia, penghafal hadis nawabi, mujtahid, laki-laki yang
zuhud, pula ahli ibadah, sosok yang benar-benar layak digelari pemimpin
orang-orang yang beriman. Ia dikenal juga dengan Abu Hafs, nasabnya Al-Qurasyi
Al-Umawi.
Figur pemimpin yang
ideal telah tergambarkan dari dua tokoh diatas, yaitu Umar bin Khattab dan Umar
bin Abdul Aziz. Di Indonesia seharusnya memiliki figur pemimpin seperti meraka,
atau minimal mereka mempunyai niat memimpin negara atas kecintaan kepada Allah
SWT, tidak untuk mencari kekuasaan maupun kekayaan. Jika seorang pemimpin
memiliki orientasi hanya kepada Allah SWT semata, maka tidak akan ada segala
tindak kedzaliman yang terjadi seperti saat ini. Pemimpin yang orientasinya
hanya kepada Allah tentu memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan pemimpin
yang hanya mencari kekuasaan semata. Ketika seorang pemimpin memiliki orientasi
duniawi maka segala yang dilakukan hanya untuk kepentingan pribadinya atau
golongan.
Seorang pemimpin yang
ideal juga haruslah dekat dengan rakyatnya, mendengarkan rakyatnya dan
mengetahui kebutuhan rakyatnya. Seperti yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin
Khattab, Ia tidak akan istirahat sebelum mengetahui rakyatnya baik-baik saja
atau dalam keadaan sejahtera. Dalam konteks membersihkan jajaran
birokrasinya dari berbagai kejahatan terutama korupsi, khalifah Umar bin
khatab secara rahasia dan menyamar untuk mengintip kehidupan
para gubernur dan pejabat lainnya.
Sedikit gambaran
tentang sosok sosok agung yang pernah dimiliki umat manusia, dimana
mereka meskipun sebagai kepala negara yang hidup dengan sangat sederhana
sebagaimana ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Khattab sendiri. Dalam menegakkan
hukum beliau sangat tegas, meskipun kepada dirinya sendiri, keluarganya, serupa
halnya dengan diberlakukannya kepada warga lainnya secara adil juga. Oleh sebab
itu dalam birokrasi seperti itu akan tercipta suatu
pemerintahan yang bersih, karena memang pemimpinnya bersih dalam berbagai aspek
sosial kehidupannya.
Sebuah
kepimpinan yang baik harus mampu memilah mana urusan Negara dan mana urusan
pribadi dan keluarga. Sebab, apabila tidak pandai memilih dan memilah itu maka
akan terjerembab pada perilaku korupsi. Pemimpin-peminpin saat ini harus
belajar daris kisah kepimpinnan seorang tokoh Islam padas masa lalu, Umar bin
Abdul Azis. Umar bin Abdul Aziz, adalah sosok yang tidak mau korupsi demi
untuk kepentingan pribadi atau keluarga. Ia tetap pada tatanan untuk menjadi
seorang pemimpin yang rendah diri dan bersifat tawakal kepada Allah SWT. Umar
berupaya keras untuk menghilangkan budaya korupsi. Melalui kisah kepimpinan
Umar bin Abdul Aziz, umat Islam harus senantiasa menjaga akhlaknya dengan baik.
Menghilangkan budaya korupsi merupakan salah satu upaya untuk menjaga akhlak
yang dimaksudkan diatas.
Sebuah negara akan bisa
terkondisikan dengan pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab. Negara akan
bebas dari korupsi apabila dipimpin oleh pemimpin yang bersih. Pemimpin negara
seharusnya mencontoh bagaimana Umar bin Khattab memberlakukan jajaran
birokrasinya. Pemimpin-pemimpin Indonesia saat ini seharusnya bisa meneladani
kisan kepemimpinan Uman bin Abdul Aziz yang tidak ingin sedikitpun menggunakan
fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan kluarganya. Pemimpin negara seharusnya
mengasihi rakyatnya dengan turun langsung kelapangan untuk melihat kondisi
rakyatnya.
BAB III. KESIMPULAN
1. Umar
bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz merupakan teladan pemimpin yang amanah dan
bertanggungjawab.
2. Pola
kemimpinan akan mempengaruhi sistem pemerintahan.
3. Tujuan
dan orientasi seorang pemimpin akan mempengaruhi pola kepemimpinan seseorang.
4. Pemimpin
adalah cerminan dari rakyat.
REFRENSI
Anonim. 2011. Biografi Umar Bin Abdul Aziz. Kisah
muslim
Nurdin, Muhamad.
2011. Meniru Kepemimpinan Khalifah Umar
Bin Khattab. Kompasiana
Prasetyo,
T.Y.T.. 2011. Indonesia Krisis
Kepemimpinan. WaspadaOnline
Publisher. 2011.
Kisah Kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz,
Stop Budaya Korupsi. Trawang.com
Sukarnotomo,
Sutan. 2011. Krisis Kepemimpinan Di
Indonesia. H.
Sutan Sukarnotomo, SH. MH..htm