Teringat sebuah cerita dari senior
seperjuangan terkait orang yang sadar akan urgensi kita dalam barisan dakwah.
Berbicara tentang orang-orang yang sangat paham dengan dakwah. Orang-orang yang
luar biasa militan dalam dakwah. Orang-orang yang selalu terdepan dalam barisan
dakwah “tapi itu kemarin”. Cerita yang selalu saya ingat ketika sedang merasa
malas dan merasa enggan bergerak. Cerita yang selama ini membayang-bayangi saya
ketika terlintas niat mundur dari barisan dakwah karena rendahnya kualitas diri
ini. Cerita inilah yang keluar dari dua orang akhwat senior ku di dakwah kampus.
Keluar dari bibirnya secara langsung. Dua akhwat yang saya lihat sangat militan
di medan dakwah, sangat luar biasa dalam bergerak di medan dakwah. Merekalah
yang rajin membina saya sampai saya paham dakwah itu apa dan seperti apa?.
Suatu ketika mereka memutuskan untuk
mempercepat kelulusannya dengan alasan tuntutan orang tua. Merasa tidak enak
dengan orang tua, kemudian tanpa melakukan lobiying yang optimal. Kemudian
mulai perlahan mereka sering ijin dari agenda dakwah dengan alasan ngerjain
TUGAS AKHIR. Ditahun ke empat mereka kulian mulailah menolak amanah yang
diberikan satu per satu dengan alasan akan fokus dengan penelitian yang jauh. Kemudian
ada pemakluman-pemakluman dari teman-teman seperjuangannya.
Pemakluman-pemakluman yang diberikan oleh
teman seperjuangan yang tanpa kita sadari sebenarnya adalah pemberatan yang
diberikan oleh dua akhwat tersebut. Karena secara tidak langsung amanah dakwah
mereka ditanggung oleh teman-temannya. Apa yang terjadi ketika pemakluman itu
diberikan secara Cuma-Cuma? Ada dampak yang tidak pernah kita pikirkan bahkan
dibayangkan pun kita tak sanggup. Dampak apa? à mereka berdua tidak juga LULUS dari waktu yang telah direncanakan.
Mungkin saja ini sebuah kebetulan dan memang bukan waktu yang tepat buat mereka
LULUS, atau mungkin Alloh tidak ridho dengan mereka. Ada sebuah proses yang dramatis ketika menelisik perjuangan
mereka mendapatkan gelar sarjana. Penelitian yang tak kunjung usai, materi penelitian
yang susah dicari dan dikondisikan. Tidak cukup sampai disitu, ada
kesulitan-kesulitan yang kemudian terlihat dri proses tersebut dosen pembimbing
juga dan persyaratan untuk lulus itu tak kunjung terpenuhi. Lobiying ke
birokrat untuk meringankan syarat kelulusanpun tak tembus dan goal, masya
Alloh... ini lah tarbiyah untuk kita.
Pasca menjalani itu semua, satu diantara
mereka melontarkan kalimat ini kepada saya “inilah teguran buat saya dek, saya
yang telah lalai dari amanah dakwah. Padahal saya tahu itu penting untuk saya
san dakwah ini”. Kemudian akhwat yang lainnya berkata “mungkin ini hasil dari
meninggalkan amanah”. Mendengar kalimat itu saya merasa ini pelajaran yang tidak
bisa dianggap remeh dan menganggap ini kejadian yang kebetulan. Tapi sungguh
ini pelajaran yang mengandung teguran luar biasa untuk para aktivis dakwah. Bahwa
sekali lagi Alloh lah yang memiliki ketetapan. Alloh lah yang lebih tau mana
yang terbaik untuk kita. Padahal Alloh janji dalam Qs. Muhammad : 7 “Wahai
orang-orang yang briman! Jika kamu menolong agama Alloh, niscaya DIA akan menolong mu dan akan meneguhkan kedudukan
mu”. Bukan kah berdakwah adalah jalan dimana kita menolong agama Alloh?.
Yaa ikhwah... saya kira cerita ini cukup
menjadi satu pembelajaran buat kita semua dalam menyeimbangkan amanah dakwah
kita. Tidak ada yang salah ketika kita merencanakan LULUS TEPAT WAKTU, tapi
jangan sampai kita lalaikan kebutuhan dakwah kita. Jangan sampai kita tidak
berusaha menyeimbangkan dakwah dengan urusan kita. Faghfirlana yaa Rabb...
Semoga
kita bukan termasuk orang-oranf yang lalai dengan amanah dakwah kita... ^^
Wallahu’alam
bishowab...