Mengingat label
“pejuang Alloh” yang melekat pada kita membuat kita terkadang berat menjalani
hari-hari. Label tersebut menjadikan kita sorotan dan seakan kita adalah
parameter kebaikan seorang pemuda. Label tersebut yang kemudian menjadi ‘rem’ kita dalam bergerak dan
berprilaku. Pun kemudian ada peraturan-peraturan yang harus kita jalankan
ketika kita mengazamkan diri menjadi ‘pejuang’. Misalnya jam malam akhwat, bagi
saya jam malam adalah ‘rem’ cakram
yang sangat menjaga saya sebagai akhwat terhindar dari hal-hal yang
membahayakan diri saya. Jam malam adalah sesuatu yang memang disepakati untuk
menjaga kehormatan kita sebagai ‘bunga’ ummat Islam yang harum. Subhanallah...
Memperhatikan kultur
akhwat terkait jam malam di kota perjuangan. Ada kultur yang menurut saya
sungguh aneh. Sebuah pemakluman-pemakluman terhadap akhwat yang terjun di ranah
“siyasi”. Seringkali mendengar jika
jam malam dilanggar akhwat siyasi maka di katakan “wajar” dengan dalih bahwa
medan mereka memang terbentang diwaktu-waktu itu. Dalam hati saya bergumam
benarkah?. Masih tidak percaya ketika beberapa akhwat mengatakan hal seperti
itu dihadapan saya dan saya masih menyimpan ‘statment’ tersebut dalam benak
saya “saat itu”. Dan sekarang mulai terkuak ketika saya merasakan medan
tersebut.
Akhir-akhir ini
sedang diberi kesempatan untuk berkunjung dibeberapa kota dimana ada
kampus-kampus besar disana. Sudah barang tentu pengkaderan akhwat pun berjalan
lancar dengan kata lain kuantitas akhwat banyak disana. Mulai mengamati dan
menganalisis pergerakan mereka. Hingga pada akhirnya saya menemukan hal yang
sama disana. Apa yang saya temukan adalah akhwat-akhwat yang bermanuver di
lembaga non lembaga dakwah (siyasi, -red)
menabrak jam malam. Mereka masih bergerak disekitaran kampus, meskipun mereka
sedang menjalankan amanah. Tetapi bagi saya pribadi itu adalah hal yang “aneh”.
Kadang dalam batin ingin berteriak “buat apa ada peraturan jam malam kalau kita
tidak mampu menegakkannya?!”. Jam malam itu berlaku untuk semua akhwat. Jam
malam tidak pernah membedakan amanah kita dimana. Jam malam yang ‘menegakkan’
itu kita bukan mereka diluar kita.
Yaa...
begitulah ‘fenomena’ peraturan yang
kadang dilanggar dengan alasan kondisi. Saya berbicara seperti ini bukan karena
saya berada diposisi yang berbeda dengan akhwat-akhwat yang melanggar jam
malam. Saya sama seperti mereka, seringkali memegang amanah di wilayah-wilayah
heterogen yang katanya tuntutan ‘profesionalitas’
lebih tinggi. Profesionalitas yang seperti apa? Bukan menabrak jam malam
tentunya!!. Saya bukan orang yang ‘sempurna’ menjalankan peraturan jam malam. Hanya
saja saya selalu berusaha menjaga diri dengan mengingat jam malam. Beberapa kali
melanggar jam malam.. itupun karena ada masalah di medan perang yang
mengharuskan hadir dan jika tidak hadir dampaknya ke wilayah dakwah yang lain. Dan
pada saat saya berjuang disana saya memang terlihat sendiri, tapi ada 1 akhwat
dan 3 ikhwan yang mengawal saya (inilah ukhuwah). Memang saya akui medan siyasi
tak semudah medan lainnya dalam pengkondisian. Tapi... bukan kah manfaat ikhwah
terjun kesana untuk “nahi munkar”?
kalau terjun kesana kita tak bermanfaat untuk apa? Bukan mewarnai tapi
terwarnai itu lebih celaka apalagi buat akhwat.
Balik lagi
membahas jam malam. Berjuang diwilayah yang tidak senyaman dan seaman wilayah
lain adalah tantangan buat kita yang mampu menghadapinya. Tengoklah niat kita
dan asas kebermanfaatan kita disana. Memang ketika kita diazamkan untuk berada
disana maka totalitaslah. Totalitas bukan berarti terbawa dengan permainan
mereka yang tidak membawa ‘misi kenabian’.
Kita pastilah berbeda dengan mereka, ada aturan Alloh yang harus kita ikuti. Dulu
saat saya baru belajar menginjakan kaki diranah itu rasanya ingin totalitas
sampai semua agenda publik harus saya ikuti. Akan tetapi akhirnya saya belajar
merenungi kebermanfaatan saya disana. Pun ketika kita dibenturkan dengan agenda
malam. Kitalah yang harus membentengi diri sendiri. Salah satunya dengan tetap
memegang prinsip untuk patuh dengan aturan jam malam. Untuk apa memperjuangkan ‘kebenaran’
disana tapi kita tak ternilai dimata Alloh. Untuk apa ‘nahi munkar’ disana tapi kita melakukan kedzaliman pada diri
sendiri dengan melanggar hasil syura (jam malam, -red).
Yaa ukhtiy...
sungguh jam malam itu hakikatnya baik untuk kita. Jam malam tidak lah membatasi
kita untuk bergerak diranah publik. Jam malam tidak akan pernah menghinakan
kita sebagai aktivis meskipun kita sering ditriaki “tidak profesional” karena
sering pulang lebih dulu saat rapat. Yaa akhiy... bantu kami agar tetap teguh
menjaga kehormatan kami dengan mematuhi jam malam akhwat. Nasehati kami jika kami
melanggar, pun ijinkan kami pulang meninggalkan antum yang sedang berjuang
dimedan yang sama dengan kami.
Semoga kita
adalah akhwat-akhwat pilihan Alloh yang diberikan kekuatan untuk istiqomah
dijalan dakwah ini dengan mematuhi perintah NYA dan menjauhi larangan NYA. Ukhibukum
fillah....
Wallahu’alam bi showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar