Jazakumullah Khoir



_MENU "Catatan Kecil"_

Sabtu, 21 September 2013

Mewarnai Bukan Diwarnai



Mengingat label “pejuang Alloh” yang melekat pada kita membuat kita terkadang berat menjalani hari-hari. Label tersebut menjadikan kita sorotan dan seakan kita adalah parameter kebaikan seorang pemuda. Label tersebut yang kemudian menjadi ‘rem’ kita dalam bergerak dan berprilaku. Pun kemudian ada peraturan-peraturan yang harus kita jalankan ketika kita mengazamkan diri menjadi ‘pejuang’. Misalnya jam malam akhwat, bagi saya jam malam adalah ‘rem’ cakram yang sangat menjaga saya sebagai akhwat terhindar dari hal-hal yang membahayakan diri saya. Jam malam adalah sesuatu yang memang disepakati untuk menjaga kehormatan kita sebagai ‘bunga’ ummat Islam yang harum. Subhanallah...
Memperhatikan kultur akhwat terkait jam malam di kota perjuangan. Ada kultur yang menurut saya sungguh aneh. Sebuah pemakluman-pemakluman terhadap akhwat yang terjun di ranah “siyasi”. Seringkali mendengar jika jam malam dilanggar akhwat siyasi maka di katakan “wajar” dengan dalih bahwa medan mereka memang terbentang diwaktu-waktu itu. Dalam hati saya bergumam benarkah?. Masih tidak percaya ketika beberapa akhwat mengatakan hal seperti itu dihadapan saya dan saya masih menyimpan ‘statment’ tersebut dalam benak saya “saat itu”. Dan sekarang mulai terkuak ketika saya merasakan medan tersebut.
Akhir-akhir ini sedang diberi kesempatan untuk berkunjung dibeberapa kota dimana ada kampus-kampus besar disana. Sudah barang tentu pengkaderan akhwat pun berjalan lancar dengan kata lain kuantitas akhwat banyak disana. Mulai mengamati dan menganalisis pergerakan mereka. Hingga pada akhirnya saya menemukan hal yang sama disana. Apa yang saya temukan adalah akhwat-akhwat yang bermanuver di lembaga non lembaga dakwah (siyasi, -red) menabrak jam malam. Mereka masih bergerak disekitaran kampus, meskipun mereka sedang menjalankan amanah. Tetapi bagi saya pribadi itu adalah hal yang “aneh”. Kadang dalam batin ingin berteriak “buat apa ada peraturan jam malam kalau kita tidak mampu menegakkannya?!”. Jam malam itu berlaku untuk semua akhwat. Jam malam tidak pernah membedakan amanah kita dimana. Jam malam yang ‘menegakkan’ itu kita bukan mereka diluar kita.
Yaa... begitulah ‘fenomena’ peraturan yang kadang dilanggar dengan alasan kondisi. Saya berbicara seperti ini bukan karena saya berada diposisi yang berbeda dengan akhwat-akhwat yang melanggar jam malam. Saya sama seperti mereka, seringkali memegang amanah di wilayah-wilayah heterogen yang katanya tuntutan ‘profesionalitas’ lebih tinggi. Profesionalitas yang seperti apa? Bukan menabrak jam malam tentunya!!. Saya bukan orang yang ‘sempurna’ menjalankan peraturan jam malam. Hanya saja saya selalu berusaha menjaga diri dengan mengingat jam malam. Beberapa kali melanggar jam malam.. itupun karena ada masalah di medan perang yang mengharuskan hadir dan jika tidak hadir dampaknya ke wilayah dakwah yang lain. Dan pada saat saya berjuang disana saya memang terlihat sendiri, tapi ada 1 akhwat dan 3 ikhwan yang mengawal saya (inilah ukhuwah). Memang saya akui medan siyasi tak semudah medan lainnya dalam pengkondisian. Tapi... bukan kah manfaat ikhwah terjun kesana untuk “nahi munkar”? kalau terjun kesana kita tak bermanfaat untuk apa? Bukan mewarnai tapi terwarnai itu lebih celaka apalagi buat akhwat.
Balik lagi membahas jam malam. Berjuang diwilayah yang tidak senyaman dan seaman wilayah lain adalah tantangan buat kita yang mampu menghadapinya. Tengoklah niat kita dan asas kebermanfaatan kita disana. Memang ketika kita diazamkan untuk berada disana maka totalitaslah. Totalitas bukan berarti terbawa dengan permainan mereka yang tidak membawa ‘misi kenabian’. Kita pastilah berbeda dengan mereka, ada aturan Alloh yang harus kita ikuti. Dulu saat saya baru belajar menginjakan kaki diranah itu rasanya ingin totalitas sampai semua agenda publik harus saya ikuti. Akan tetapi akhirnya saya belajar merenungi kebermanfaatan saya disana. Pun ketika kita dibenturkan dengan agenda malam. Kitalah yang harus membentengi diri sendiri. Salah satunya dengan tetap memegang prinsip untuk patuh dengan aturan jam malam. Untuk apa memperjuangkan ‘kebenaran’ disana tapi kita tak ternilai dimata Alloh. Untuk apa ‘nahi munkar’ disana tapi kita melakukan kedzaliman pada diri sendiri dengan melanggar hasil syura (jam malam, -red).
Yaa ukhtiy... sungguh jam malam itu hakikatnya baik untuk kita. Jam malam tidak lah membatasi kita untuk bergerak diranah publik. Jam malam tidak akan pernah menghinakan kita sebagai aktivis meskipun kita sering ditriaki “tidak profesional” karena sering pulang lebih dulu saat rapat. Yaa akhiy... bantu kami agar tetap teguh menjaga kehormatan kami dengan mematuhi jam malam akhwat. Nasehati kami jika kami melanggar, pun ijinkan kami pulang meninggalkan antum yang sedang berjuang dimedan yang sama dengan kami.
Semoga kita adalah akhwat-akhwat pilihan Alloh yang diberikan kekuatan untuk istiqomah dijalan dakwah ini dengan mematuhi perintah NYA dan menjauhi larangan NYA. Ukhibukum fillah....
Wallahu’alam bi showab

Tidak ada komentar: